Menulis Adalah Jalan Panjang Kehidupan

(Sumber foto: kompasiana.com)

Menulis itu jalan panjang kehidupan. Tidak berujung, apalagi berhenti! Menjadi guru dan dosen itu hanyalah profesi pekerjaan. Tetapi menulis adalah jalan keabadian. Menulis bagi seorang dosen bukan sekedar kewajiban, tapi pertanda bahwa dalam dirinya mengalir nadi kehidupan. Artinya, jika ada dosen yang tidak pernah menulis sejatinya dia tidak pernah hidup. 

 

Akibat tidak memahami falsafah ini, banyak dosen lalu berebut jalan pintas; membayar mahal “joki jurnal”, atau mengambil murah tulisan mahasiswanya demi mengejar nilai KUM dan laporan BKD. Mereka akhirnya “terpaksa” menulis. Tapi celakanya, mereka nyaman dengan keadaan, mengklaim karya orang lain sebagai karyanya sendiri?! Tanpa dosa, mereka bangga dengan karya imitasi!


Mengapa seorang dosen sulit menulis? Mengapa riset-riset dosen seringkali ditolak sejak tahap pertama. Sebenarnya ini bukan perkara administrasi, tapi karena gagal mengilhami gagasan, ide, atau buah pikiran. Disebut “buah pikiran” karena sejatinya harus diilhami dahulu. Istilah saya, “harus hamil ide” dulu. Artinya, yang Tidak pernah “hamil ide” tidak akan pernah mampu melahirkan tulisan yang baik. Kalaupun dia menulis, maka tulisannya pasti prematur, seperti bayi yang “dipaksa” lahir lebih cepat. 

 

Tulisan yang prematur, apalagi imitasi, jangan harap diterima atau bahkan bermimpi bisa menemukan novelty. Sebuah tulisan ilmiah, atau proposal riset yang baik itu menuntut “kebaruan,” dan hal itu hanya bisa dihasilkan dari orisinalitas pikiran yang bercumbu manis dengan realitas kekinian. Hasil percumbuan itulah yang membuahkan “kehamilan,” dikandung beberap lama, lalu dilahirkan di saat yang tepat.

 

Bagaimana ide bisa tumbuh dalam pikiran? Lalu melahirkan karya tulisan yang tepat sasaran? Sudah tentu perbanyak buku bacaan! Sebab buku adalah peluru, dan karya tulis adalah tembakannya. Orang biasanya sebut “sadar literasi”. Tapi literasi bukan sekedar soal banyak baca, melainkan “kritis terhadap buku bacaan”. Semakin kritis kita terhadap bacaan, akan semakin jitu hasil karya tulisan.

 

Imam Ali pernah berkata, “ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Maka seorang ilmuan pastilah dia penulis, atau bisa dikatakan tidak pantas disebut seorang berilmu kalau tidak pernah menulis. 


Menulis itu jalan panjang kehidupan, sekaligus juga jalan keabadian. Manusia datang dan pergi. Peradaban tumbuh dan runtuh. Tapi karya-karya tulis akan abadi sepanjang masa. 


Dosen…. menulislah, lalu hiduplah yang panjang dałam keabadian….

Komentar

Artikel Favorit

Kalabaka Maniasa, Sjahrir, dan Sumpah Pemuda

Nubuwat Rasul Muhammad

Kritik Publik